Peranan Kepemimpinan Badan Pengurus Majelis Gereja Batak Karo Protestan Runggun Tarutung dalam Melestarikan Kebudayaan Karo di Tapanuli Utara

Penulis

  • Seri Antonius IAKN Tarutung
  • Enda Dwi Karina P IAKN Tarutung
  • Thomas Youwe IAKN Tarutung
  • Trifena Lovely Lombu IAKN Tarutung

Kata Kunci:

Kepemimpinan, BPMR, GBKP, Kebudayaan Karo

Abstrak

Dalam misi GBKP sebenarnya tidak ada disebutkan secara eksplisit mengenai pelestarian kebudayaan Karo, tetapi sidang sinode GBKP sendiri menerima kebudayaan Karo sepanjang tidak bertentangan dengan iman Kristen. Hal ini terlihat dari penggunaan rumah adat Karo dalam logo GBKP, penggunaan instrumen musik Karo, dan penggunaan Bahasa Karo dalam ibadah. Sebagai suku minoritas di Tapanuli Utara, GBKP menjadi organisasi Batak Karo yang menjadi wadah pelestarian kebudayaan karo baik dari kegiatan ibadah maupun luar ibadah. Oleh karena itu, BPMR sebagai pimpinan tertinggi GBKP di Runggun Tarutung memiliki peran yang sangat besar dalam mempererat tali silaturahmi masyarakat Karo sekaligus melestarikan kebudayaan Batak Karo di Tapanuli Utara. Oleh karena itu, peneliti merumuskan dua identifikasi masalah yaitu 1. Bagaimana sikap berbahasa Karo yang dimiliki jemaat GBKP Runggun Tarutung dan apa peranan Kepemimpinan Badan Pengurus Majelis Runggun GBKP Runggun Tarutung dalam melestarikan bahasa Karo di Tapanuli Utara? dan 2. Apa saja upaya yang telah dilakukan majelis runggun GBKP Tarutung dalam melestarikan budaya Etnis Karo di Tapanuli Utara?. Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah kualtitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi langsung ke GBKP Runggun Tarutung, Wawancara secara langsung dengan Ketua BPMR dan menghimpun data melalui dokumen tertulis. Dari hasil pengumpulan data tersebut ditemukan beberapa upaya yang telah dilakukan oleh BPMR GBKP Runggun Tarutung dalam melestarikan budaya Karo di Tapanuli Utara. Sebagai contoh dalam perkumpulan kaum bapak atau mamre mereka memakai kain tradisional Karo atau bekabuluh sebagai pakaian seragam mamre se-GBKP dan dipakai dalam ibadah besar seperti Paskah, Natal, ataupun kegiatan kegiatan di luar ibadah yang memerlukan seragam yang menunjukkan identitas budaya Karo. GBKP Runggun Tarutung juga aktif dalam melaksanakan perlombaan perlombaan intern GBKP yang bertujuan untuk melestarikan budaya Karo contohnya pertandingan memasang bulang dan tudung yang biasa dipakai di kepala perempuan dan laki-laki. GBKP Runggun Tarutung juga pernah ikut serta memeriahkan ulang tahun Tapanuli Utara dengan mengadakan pameran budaya karo dalam pentas seni, dimana setiap suku menampilkan baju adat dan budaya masing masing. Selain itu, dua orang anggota mamre GBKP Runggun Tarutung bergabung dengan salah satu organisasi pembauran kebangsaan daerah dimana dalam setiap kegiatan forum ini, kedua anggota mamre tersebut memakai baju seragam mamre GBKP sebagai bentuk promosi budaya karo ke anggota forum yang lain. Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh BPMR GBKP Runggun Tarutung dalam melestarikan Bahasa Karo di Tapanuli Utara, antara lain, tetap menyelipkan Bahasa Karo dalam setiap ibadah agar identitas budaya karo di GBKP Tarutung tidak hilang walaupun jemaat GBKP di Tarutung multietnik dan tidak semua bisa berbahasa Karo, maka BPMR menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa pengantar dalam PA mamre, PA moria, PA permata dan PA Lansia. BPMR Runggun Tarutung melibatkan generasi muda GBKP dalam melestarikan Bahasa Karo dengan memberikan kursus informal kepada anak KA/KR melalui kegiatan ibadah setiap minggunya. Selain itu, guru sekolah minggu juga memberi pemahaman tentang tari-tarian karo sehingga hampir di setiap event termasuk natal anak muda di berikan kesempatan belajar menari karo, dan diberikan apresiasi berupa “uang jajan” agar mendorong mereka melestarikan budaya karo dan tidak malu menjadi bagian dari GBKP.

Unduhan

Diterbitkan

2023-12-31