ANALISIS MAKNA CIUM HIDUNG (HENGE’DHU HEWANGNGA) MELALUI PENDEKATAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI PADA PEMINANGAN ADAT SABU

Abstrak

Abstract: Sabu is a small island located in Sabu Raijua Regency, East Nusa Tenggara. Sabu Island has a variety of cultures and procedures in carrying out a tradition. The culture still exists and continues to be preserved today and has become a recognized belief in community life. The uniqueness of kissing the nose itself can be observed when the eyes are open to communicate honesty with each other because at that time the two eyes will meet, this habit of kissing the nose is usually used to resolve disputes between two people who are in dispute. The purpose of this research is to examine the tradition of animal henge'dhu through the approach of communication psychology and also the theory of behaviorism. The research method used is qualitative with types, analytical techniques used which include data collection, namely in-depth interviews, document studies and also observation. The results showed that the male side would speak honestly regarding the dowry / belis that would be given to the female side. However, if there is no agreement then the male side will kiss the nose, the female side will have a sense of care and accept the act of kissing the nose. Gratitude is seen when the maho ami process on the male side brings betel nut as a sign that the proposal has been accepted. In the bidding process, there is also a meaning of forgiveness found when the agreed maho ami request has a shortage, so the man's family asks for the willingness of the woman to understand and accept the deficiency.

Abstrak: Sabu merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di Kabupaten Sabu Raijua Nusa Tenggara Timur. Pulau Sabu memiliki berbagai macam budaya dan tata cara dalam melakukan suatu tradisi. Budaya tersebut masih tetap ada dan terus di lestarikan hingga saat ini serta menjadi suatu kepercayaan yang di akui dalam kehidupan bermasyarakat. Keunikan dari cium hidung sendiri bisa diamati pada saat mata terbuka untuk mengkomunikasikan kejujuran satu sama lain karena pada saat itu kedua mata akan bertemu, kebiasaan cium hidung ini biasa dimanfaatkan untuk menyelesaikan perselisihan antara dua orang yang sedang berselisih. Tujan penelitian ini untuk mengkaji tradisi henge’dhu hewangnga melalui pendekatan psikologi komunikasi dan juga teori behaviorisme. Metode penelitian yang digunakan kualitatif dengan jenis, teknik analisis yang digunakan yang meliputi pengumpulan data yakni wawancara mendalam, studi dokumen dan juga observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak laki-laki akan berbicara jujur terkait mahar/belis yang akan diberikan kepada pihak perempuan. Namun, jika tidak ada kesepakatan maka pihak laki-laki akan melakukan cium hidung, pihak perempuan akan mempunyai rasa kepedulian dan menerima tindakan ciuman hidung. Ucapan rasa syukur dilihat ketika proses maho ami pihak laki-laki membawa sirih pinang sebagai tanda bahwa lamaran telah diterima. Pada proses peminangan terdapat juga terdapat makna pengampunan yang ditemukan saat permintaan maho ami yang sudah disepakati terdapat kekurangan maka pihak keluarga laki-laki meminta kerelaan hati dari pihak perempuan untuk mengerti dan menerima kekurangan tersebut.