FENOMENA FATHERLESS DALAM KELUARGA MODERN DI DESA GADING WETAN KECAMATAN GADING KABUPATEN PROBOLINGGO: PERSPEKTIF MUBADALAH
Kata Kunci:
Fatherless, Keluarga Modern, Mubadalah, Gender, Pengasuhan, ProbolinggoAbstrak
Fenomena fatherless atau ketidakhadiran ayah dalam keluarga menjadi isu yang semakin nyata di era modern, tidak hanya di wilayah perkotaan, tetapi juga di pedesaan seperti Desa Gading Wetan, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo. Penelitian ini bertujuan untuk menggali penyebab terjadinya fatherless, dampaknya terhadap kehidupan keluarga, serta mengkaji fenomena ini melalui perspektif mubadalah yang menekankan prinsip kesalingan dalam relasi gender dan pengasuhan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fatherless di desa ini disebabkan oleh perantauan ekonomi, pola asuh patriarkal, dan kurangnya kesadaran peran ayah dalam pengasuhan. Perspektif mubadalah memberikan tawaran konsep relasi yang adil dan setara, dengan mendorong keterlibatan ayah dalam peran domestik secara spiritual dan sosial. Penelitian ini merekomendasikan penguatan pendidikan gender dalam keluarga serta peran aktif tokoh agama untuk membentuk keluarga yang berkeadilan.
The phenomenon of fatherlessness, or the absence of fathers within the family, has become an increasingly prominent issue in the modern era—not only in urban areas but also in rural settings such as Gading Wetan Village, Gading Sub-district, Probolinggo Regency. This study aims to explore the causes of fatherlessness, its impact on family life, and to examine this phenomenon through the mubadalah perspective, which emphasizes the principle of reciprocity in gender relations and parenting. The research employs a descriptive qualitative method, with data collected through observation, in-depth interviews, and documentation. The findings reveal that fatherlessness in this village is driven by economic migration, patriarchal parenting patterns, and a lack of awareness regarding the father's role in child-rearing. The mubadalah perspective offers a framework for equitable and just relationships by encouraging paternal involvement in domestic roles, both spiritually and socially. This study recommends strengthening gender education within families and promoting the active role of religious leaders in fostering just and balanced family structures.