INTEGRASI NILAI- NILAI BERMADZHAB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PERSPEKTIF KH. M. HASYIM ASY’ARI
Kata Kunci:
Bermadzhab, Pendidikan Agama Islam, KH. M. Hasyim Asy’ariAbstrak
M. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), memandang pentingnya bermadzhab sebagai upaya untuk menjaga kesatuan dan solidaritas umat Islam. Gerakan tajdid yang mencoba membuka pintu ijtihad secara luas dapat menyebabkan perbedaan pendapat diantara umat Islam yang dapat menyebabkan perselisihan dan perpecahan dikalangan umat Islam itu sendiri.Bermadzhab dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti sebagai “mempunyai madzhab”. Dengan demikian, secara tekstual bermadzhab dapat diartikan dengan orang yang mengikuti salah satu madzhab fiqh, baik secara metodologi ijtihad yang dirumuskan oleh imam madzhab, maupun mengikuti fatwa atau hasil ijtihad mujtahid. Peneliti menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan Historis dan Filosofis. Peneliti mengumpulkan data dengan teknik dokumentasi yakni melibatkan analisis dokumen atau rekaman tertulis, seperti laporan, catatan, dokumen resmi atau arsip dan melibatkan pencarian serta pengumpulan sumber-sumber literature lain. Sumber datanya adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan ialah analisis deskriptif dan konten analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Bermadzhab harus memahami dua prinsip. Yang pertama adalah bahwa muqallid (orang yang mengikuti madzhab) tidak diperbolehkan fanatik terhadap madzhab yang diikutinya. Kedua perbedaan pendapat dalam bermadzhab bukan merupakan suatu hal yang aneh atau menyimpang dari Islam. Sebaliknya adanya perbedaan diantara madzhab-madzhab adalah hal yang wajar dan normal. Dan perbedaan pendapat sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. (2) Integrasi Nilai-Nilai Bermadzhab dalam Pendidikan Agama Islam Perspektif KH. M. Hasyim Asy’ari yakni dengan menanamkan sikap moderat dalam bermadzhab, sikap toleransi dalam bermadzhab, dan juga menanamkan sikap inklusif. Sebagaimana sikap tersebut telah di praktikan secara langsung oleh KH. M. Hasyim Asy’ari sebagai bentuk pendidikan yang dapat dijadikan pedoman oleh generasi selanjutnya, baik para santri di pesantren Tebuireng maupun masyarakat luas. Hal ini dilakukan agar tetap terjalinnya tali persaudaraan dan mempererat ukhuwah Islamiyah diatas perbedaan, baik perbedaan pendapat maupun perbedaan dalam hal bermadzhab.
M. Hasyim Asy'ari, founder of Nahdlatul Ulama (NU), views the importance of practicing madhhab as an effort to maintain the unity and solidarity of the Muslim community. The tajdid movement which tries to open the door to ijtihad widely can cause differences of opinion among Muslims which can cause disputes and divisions among Muslims themselves. Bermadzhab in the big Indonesian dictionary means "having a madzhab". Thus, textually belonging to a madzhab can be interpreted as someone who follows one of the schools of fiqh, both in terms of the ijtihad methodology formulated by the madzhab imam, or following the fatwa or results of the mujtahid's ijtihad. Researchers use a type of library research with a historical and philosophical approach. Researchers collect data using documentation techniques, which involve analyzing documents or written records, such as reports, notes, official documents or archives and involving searching and collecting other literary sources. The data sources are primary data sources and secondary data sources. The data analysis techniques used are descriptive analysis and content analysis. The results of this research show that: (1) Madzhab must understand two principles. The first is that muqallids (people who follow a madhhab) are not allowed to be fanatical about the madhhab they follow. Both differences of opinion in the madhhab are not something strange or deviating from Islam. On the other hand, the existence of differences between madhhabs is normal and normal. And differences of opinion have existed since the time of the Prophet Muhammad. (2) Integration of Madzhab Values in Islamic Religious Education from KH's Perspective. M. Hasyim Asy'ari, namely by instilling a moderate attitude in the sect, an attitude of tolerance in the sect, and also instilling an inclusive attitude. As this attitude has been practiced directly by KH. M. Hasyim Asy'ari as a form of education that can be used as a guide for the next generation, both students at the Tebuireng Islamic boarding school and the wider community. This is done in order to maintain ties of brotherhood and strengthen the Islamic brotherhood above differences, both differences of opinion and differences in terms of sectarianism.