POLEMIK TENTANG KEPATUHAN TERHADAP PEMIMPIN YANG Z}A>LIM

Penulis

  • Ihwan Amalih Institut Dirosat Al-Islamiyah Al-Amien (IDIA)
  • Wisnu Gautama Institut Dirosat Al-Islamiyah Al-Amien (IDIA)

Kata Kunci:

Polemik, Kepatuhan, Pemimpin, U>lil Amri

Abstrak

Kaum muslimin diperintahkan untuk senantiasa taat dan patuh terhadap U>lil Amri. U>lil Amri dituntut untuk menjaga karakter, sifat dan perilaku guna memenuhi aspirasi rakyatnya. Namun patut diakui, tidak semua U>lil Amri memiliki sifat dan perangai yang baik. Beberapa diantara mereka, justru bertolak belakang dengan yang seharusnya mereka lakukan. Para mufassir berbeda pendapat akan kewajiban dalam mematuhi ulil amri tersebut. Selain itu, para mufassir juga berbeda pendapat mengenai makna ulil amri di dalam Alquran Artikel ini memfokuskan pada bagaimana konsep ulil amri menurut al- Ta}bari, al Zamakhshari, Quraish Shihab dan Buya Hamka serta Bagaimana pandangan al- Ta}bari, al Zamakhshari, Quraish Shihab dan Buya Hamka tentang sikap kepatuhan terhadap pemimpin yang z}a>lim. Artikel ini merupakan artikel kepustakaan (Library Research) dengan menggunakan metode deskriptif analitis guna menjawab fokus artikel yang telah disebutkan. Dengan pendekatan ini diharapkan mampu membedah gagasan-gagasan tokoh-tokoh mufassir di atas. Artikel ini dibatasi oleh beberapa tokoh mufaasir saja, diantaranya al- Ta}bari, al Zamakhshari, Quraish Shihab dan Buya Hamka Para mufassir berbeda pendapat dalam memaknai U>lil Amri dalam Alquran. Sebagian di antara mereka berpendapat bahwa u>lil amri merupakan para pemimpin, mereka yang berpendapat demikian adalah al Zamakhshari dan al- Ta}bari. Adapun sikap kepatuhan terhadap para pemimpin yang z}a>lim terdapat perbedaan pendapat di kalangan mufassir. al Zamakhshari dan Buya Hamka memandang tidak ada kewajiban untuk menaati pemimpin yang z}a>lim. Namun, buya hamka menambahkan, kewajiban menaati pemimpin juga diikuti sikap seharusnya seorang pemimpin. Sementara al- Ta}bari berpendapat tetap wajib mengikuti, selama perintah tersebut mendatangkan kemaslahatan dan tidak membawa kepada jalan kemaksiatan. Quraish Shihab memandang wajib ditaati dengan nasehat sebagai bentuk kepatuhan terhadap para pemimpin.

 

The Muslims are ordered to always obey U>lil Amri. U>lil Amri required to maintain the character, nature and behavior in order to meet the aspirations of its people. But it should be admitted, not all U>lil Amri have good character and temperament. Some of them are actually the opposite of what they should do. The scholars differ on the obligation to comply with the ulil amri. In addition, the scholars also differed on the meaning of ulil amri in the Koran This article focuses on how the concept of ulil amri according to al-Ta}bari, al Zamakhshari, Quraish Shihab and Buya Hamka and what are the views of al-Ta}bari, al Zamakhshari, Quraish Shihab and Buya Hamka regarding the attitude of obedience to leaders who z}a>lim. This article is a literature article (Library Research) using a descriptive analytical method to answer the focus of the article that has been mentioned. With this approach it is expected to be able to dissect the ideas of the mufassir figures above. This article is limited by several mufaasir figures, including al-Ta}bari, al Zamakhshari, Quraish Shihab and Buya Hamka The mufassir differed in the meaning of U>lil Amri in the Qur’ran. Some of them argue that u>lil amri are leaders, those who think so are al Zamakhshari and al-Ta}bari. As for the attitude of obedience to leaders who are tyrannical, there are differences of opinion among mufassir. al Zamakhshari and Buya Hamka saw no obligation to obey an unjust leader. However, buya hamka added, the obligation to obey a leader is also followed by the attitude a leader should have. While al-Ta}bari is of the opinion that it is still obligatory to follow, as long as the order brings benefit and does not lead to the path of disobedience. Quraish Shihab views that it is obligatory to obey advice as a form of obedience to leaders.

Unduhan

Diterbitkan

2025-03-30