MODEL PENGAJARAN MEMBACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN MODERN AL MUTTAQIEN BALIKPAPAN
Kata Kunci:
Pesantren, Kitab Kuning, Implementasi, Arab PegonAbstrak
Abstrak: Di Indonesia, Istitusi Pendidikan tertua adalah pesantren. Pesantren telah menunjukan fungsinya dalam menyebarkan agama islam dan pengetahuan sejak didirikan. Ini terlihat dari perjalanan sejarah penganut agama islam di Indonesia. Yang dimulai oleh Wali Songo, dan dilanjutakan oleh para ulama setelah mereka. Pesantren memainkan peran penting dalam hal ini karena disana para ulama dan umat islam menggembleng diri mereka untuk siap fisik dan mental untuk mengahadapi kehidupannya. Dalam penggemblengan diri di pesantren mencakup banyak hal, termasuk membaca kitab kuning. Kitab kuning adalah tulisan para ulama islam terdahulu yang ditulis dalam bahasa Arab tanpa harakat. Sangat penting mempelajari kitab kuning ini, karena para ulama dan santri (umat islam yang mengaji di pesantren) dapat memperdalam ilmu pengetahuan mereka, terutama yang berhubungan dengan bidang agama, seperti al qur’an, hadits, fiqih, usul fiqih, aqidah, tasawuf dan tata Bahasa Arab (nahwu). Penggemblengan diri ini atau pembelajaran di pesantren tidak dapat lepas dari aspek metode pembelajaran karena penggunaan metode pembelajaran yang tidak tepat dapat menghambat proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan di pesantren mungkin masih berpusat pada guru/kyai (pusat guru), tetapi saat ini sudah mulai berpusat pada siswa/santri (pusat siswa). Peneliti melakukan penelitian dengan judul Implementasi Pengajaran arab Pegon pada Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Modern al Muttaqien Balikpapan. Ini juga bergantung pada kyai, ustadz dan santri di Pondok Pesantren Modern Al Muttaqien Balikpapan. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk mendapatkan data penelitian ini, disertai Teknik observasi, interview dan dokumentasi. Studi menunjukan bahwa pondok pesantren modern al muttaqien menggunakan beberapa elemen untuk mengajar kitab kuning seperti: 1.) Sorogan 2.) bandongan 3.) hafalan.
Abstract: In Indonesia, the oldest educational institution is pesantren. Pesantren has shown its function in spreading Islam and knowledge since its establishment. This can be seen from the historical journey of adherents of Islam in Indonesia. It was started by Wali Songo, and continued by the scholars after them. Pesantren play an important role in this because there the scholars and Muslims galvanize themselves to be physically and mentally prepared to face their lives. In self-development in pesantren includes many things, including reading the yellow book. The yellow book is written by early Islamic scholars written in Arabic without harakat. It is very important to study this yellow book, because scholars and santri (Muslims who recite in pesantren) can deepen their knowledge, especially those related to the field of religion, such as the Qur'an, hadith, fiqh, usul fiqh, aqidah, Sufism and Arabic grammar (nahwu). This self-development or learning in pesantren cannot be separated from the aspect of learning methods because the use of inappropriate learning methods can hinder the learning process. The learning method used in pesantren may still be teacher-centered / kyai (teacher center), but now it has begun to be centered on students / santri (student center). Researchers conducted a study entitled Implementation of Pegon Letter Teaching in Yellow Book Learning at Mod Islamic Boarding School Al Muttaqien. It also relies on kyai, ustadz and santri at Pondok Pesantren Modern Al Muttaqien Balikpapan. The author uses qualitative descriptive research methods to obtain this research data, accompanied by observation, interview and documentation techniques. Studies show that the modern Islamic boarding school al muttaqien uses several elements to teach the yellow book such as: making plans and learning techniques. The modern Islamic boarding school Al Muttaqien faces the following problems: the allocation of time and the intention of the students and the level of understanding of the students. But the modern pesantren Al Muttaqien did not remain silent in the face of this, they made several efforts to overcome it by: 1. Sorogan 2. Bandongan 3. Memorize.