PERBANDINGAN KADAR KAFEIN KOPI ARABIKA (COFFEA ARABICA L.) BERDASARKAN PERBEDAAN LOKASI PENANAMAN MENGGUNAKAN ULTRA HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (U-HPLC)
Kata Kunci:
Kafein, Kopi Arabika (Coffea Arabica L.), Lampung Barat, U-HPLCAbstrak
Kopi merupakan salah satu minuman yang digemari oleh masyarakat, selain memiliki bau dan cita rasa khas juga mengandung senyawa kafein. Kafein dapat bermanfaat jika dikonsumsi dengan dosis yang tepat; namun, beberapa sumber tidak menunjukkan dosis yang tepat. Dengan mempertimbangkan perbedaan lokasi penanaman, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menentukan kadar kafein pada biji kopi Arabika. Sampel kopi Arabika dikumpulkan dari tiga lokasi berbeda di Kabupaten Lampung Barat dan di beri kode sampel K1 adalah (Sekincau 717 mdpl), K2 (Sumber Jaya 586 mdpl), dan K3 (Air hitam 57 mdpl). Metode analisis yang digunakan yaitu kualitatif dengan Parry, dan kuantitatif secara (U-HPLC). Parameter validasi yang ditentukan yaitu presisi, akurasi, linearitas, LOD, dan LOQ. Hasil analisis kualitatif semua sampel yang diuji mengandung kafein. Hasil penetapan kadar kafein untuk kopi Arabika K1 = 5,382mg (persajian); 21,53mg (4 kali saji/ Perhari); K2 = 1,425 mg (persajian); 5,702mg (4 kali saji/ Perhari) dan K3 = 0,412 mg (persajian); 1,65 mg (4 kali saji/ Perhari), Semua sampel memenuhi persyaratan (SNI) 01-7152-2006 dengan kadar tidak lebih dari 150 mg/perhari. Kesimpulan: Hasil penelitian kadar kafein biji kopi Arabika bervariasi di berbagai tempat penanaman. Selain itu, faktor-faktor lain seperti suhu, ketinggian, penyangraian, dan jenis tanah diduga mempengaruhi kadar kafein biji kopi.
Coffee is one of the drinks that is loved by the public, in addition to having a distinctive smell and taste, it also contains caffeine compounds. Caffeine can be beneficial if consumed in the right doses; However, some sources do not indicate the exact dosage. Taking into account the difference in planting locations, this study aims to analyze and determine the caffeine content in Arabica coffee beans. Arabica coffee samples were collected from three different locations in West Lampung Regency and given the sample code K1 is (Sekincau 717 masl), K2 (Sumber Jaya 586 masl), and K3 (Air hitam 57 masl). The analysis method used is qualitative with Parry, and quantitative (U-HPLC). The specified validation parameters are precision, accuracy, linearity, LOD, and LOQ. The results of the qualitative analysis showed that all the samples tested contained caffeine. The results of determining the caffeine content for Arabica coffee K1 = 5.382mg (serving); 21.53mg (4 servings/day); K2 = 1,425 mg (serving); 5.702mg (4 servings/ per day) and K3 = 0.412 mg (serving); 1.65 mg (4 servings/per day), All samples meet the requirements (SNI) 01-7152-2006 with a level of not more than 150 mg/day. Conclusion: The results of the research on the caffeine content of Arabica coffee beans varied in various cultivation places. Additionally, other factors such as temperature, altitude, roasting, and soil type are thought to affect the caffeine levels of coffee beans.